Suti Karno 'Atun' Tetap Semangat Meski Hidup dengan Satu Kaki Selama Tiga Tahun Belakangan
29 September 2025, 10:00 WIB
Pemeran Atun dalam sinetron legendaris SI DOEL ANAK SEKOLAHAN ini ternyata masih harus berjuang melawan rasa sakit yang kerap datang tiba-tiba
Tiga tahun sudah aktris senior Suti Karno hidup sebagai seorang penyandang disabilitas setelah kakinya diamputasi. Meski secara fisik ia mengaku dalam kondisi baik, pemeran Atun dalam sinetron legendaris SI DOEL ANAK SEKOLAHAN ini ternyata masih harus berjuang melawan rasa sakit yang kerap datang tiba-tiba.
Rasa sakit yang dirasakannya dikenal dengan istilah phantom limb pain, sebuah sensasi nyeri yang muncul dari bagian tubuh yang sudah tidak ada lagi. Suti mengaku sempat mempertanyakan hal ini kepada dokter dan menerima jawaban bahwa setiap orang memiliki pengalaman yang berbeda-beda.
Simak berita lainnya di Liputan6.com

"Oh, itu pasti. Karena syaraf itu masih ada, Mbak. Jadi, kan saya juga mempertanyakan kepada dokter, 'Sampai kapan, Dok, masih terasa sakit?' Setiap orang beda-beda. Ada yang bisa hilang, ada yang enggak, gitu. Jadi, kadang-kadang saya merasa sakit, "Lah, kaki gue enggak ada, apa yang mau dipegang?," ungkap Suti Karno saat ditemui di kawasan Kapten Tendean, Jakarta Selatan, belum lama ini.
Advertisement

Untuk mengatasi rasa sakit tersebut, ia diajarkan untuk tetap menggerakkan otot-otot di area tersebut seolah-olah kakinya masih ada. Meski begitu, ia mengakui sensasi nyeri itu tetap muncul sesekali. Walau begitu, Suti menegaskan bahwa rasa sakitnya tidak sehebat saat kakinya belum diamputasi.

"Ya, udah aja. Kan kita gerak-gerak. Kalau saya kan suka diajarin gerak-gerakin aja, seakan-akan masih ada kaki kita jadi otot-otot kita tetap bergerak gitu. Tapi ya, kadang kayak sekarang juga agak ngebet gitu. Cuma ya mau diapain?," jelasnya.
Advertisement

Kondisinya ini juga mengharuskannya untuk disiplin dalam menjaga kesehatan. Suti Karno rutin melakukan kontrol kesehatan sebanyak tiga kali dalam sebulan untuk memantau kondisi saraf, penyakit dalam, hingga jantungnya di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita.

"Saya selalu menyempatkan waktu untuk kontrol. Saya kontrol sebulan tiga kali. Itu ada jadwal. Jadi kalau jadwal kontrol saya, saya nggak terganggu juga. Harus," tegasnya.

Meski begitu semangat Suti Karno untuk terus beraktivitas tidak pernah padam. Ia justru menemukan panggilan baru dalam hidupnya dengan mendedikasikan waktu dan tenaganya untuk membantu sesama penyandang disabilitas.

"Enggak, enggak, enggak seluar biasa ketika masih ada ya. Kan waktu masih ada kan sakit gitu," pungkasnya