"Awalnya itu waktu Januari dia emang sempet cek gula darah, tapi emang bukan di rumah sakit ya. Mungkin dia punya temen yang punya alat cek gula darah. Di situ dia bilang, 'Nda gula darah ayah hampir 327, udah tinggi'," ungkap Sinta saat ditemui di kawasan Cilangkap, Jakarta Timur, beberapa waktu lalu. 

Meskipun sudah mengetahui kondisi kesehatannya, Bang Madit menolak untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut ke rumah sakit. Bahkan ketika mulai merasa lemas dan mual pada Februari, ia tetap menganggap sakitnya hanya masalah ringan seperti masuk angin.  

"Saya bilang yuk kita cek ke rumah sakit, nggak mau juga awalnya. Terus sekitar bulan Februari dia sempet sakit. Saya pikir cuma masuk angin, mual, pusing, lemes. Ya udah saya kerokin tuh. Nah udah berjalan lumayan agak sehat," lanjut Sinta.  

Namun, menjelang Ramadan, kondisi Bang Madit kembali menurun. Tiga hari sebelum bulan puasa, ia merasa mual dan meminta kembali dikerok. Kali ini, Sinta menolak dan mendesak suaminya untuk memeriksakan diri ke dokter. "Nggak mau juga, akhirnya sempet berobat herbal tuh. Dropnya seminggu sebelum masuk rumah sakit dia sudah ngeluh mual, lemes. Tapi masih sempet dia salat tarawih, puasa, dan ada acara juga, tapi kondisinya udah lemes banget," terang Sinta.  

Sinta menuturkan bahwa Bang Madit sempat menghadiri acara di kawasan Cengkareng meskipun kondisinya sangat lemah. Sepulang dari acara tersebut, ia tak lagi memberi pilihan kepada sang suami selain pergi ke rumah sakit. "Masih nggak mau juga. Ya saya paksa, saya marahin. Akhirnya ke rumah sakit. Nah itu kaget saya pas dicek gula darahnya sampai 625. Kata dokter ini harus dirawat," ujarnya.  

Meskipun dokter sudah memberi peringatan serius, Bang Madit sempat menolak untuk dirawat di rumah sakit. Ia merasa lebih nyaman jika tetap berada di rumah. Namun, dokter menegaskan bahwa kadar gula setinggi itu dapat memicu komplikasi serius, termasuk risiko stroke.  

"Kata dokter bapak kalau nggak mau dirawat, di rumah takutnya jatuh bisa stroke. Karena ini gula darahnya udah tinggi banget. Saya bilang ayah mau di rumah tapi nggak ada yang merawat seperti ada dokter, apa mau dirawat. Akhirnya mau dirawat," jelas Sinta.  

Kini, Bang Madit tengah mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit. Keluarga berharap kondisinya segera membaik. Pengalaman ini menjadi pengingat penting bagi semua orang untuk tidak mengabaikan tanda-tanda penyakit dan melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin.