"Kami bikin awalnya lagi main di studio, malam-malam. Kita yaudah bikin Garam Madu aja, waktu itu Nay di Surabaya, gue ama Jemsi di studio, kita bikin Garam dan Madu, gue telpon si Nay dateng ke Jakarta buat recording," ujarnya saat jumpa pers di kawasan Veteran, Bintaro, Jakarta Selatan belum lama ini.

Lagu ini pun berkembang jadi salah satu track paling dikenal sebelum akhirnya dirilis ulang dalam versi kompilasi.

Selain Garam dan Madu, Tenxi juga hadir lewat lagu mellow berjudul Coba Lagi bersama Jemsii dan kolaborasi dreamy Attached bersama Anangga dan Suisei. Kehadiran Naykilla di album ini juga menambah kekuatan warna vokal perempuan.

"Kenapa gabung? Nah itu dia, aku diajak gabung di album ini, seneng banget karena bisa gabung sama Kak Tenxi," kata Nay.

Menariknya, lagu Garam dan Madu juga di-remix menjadi versi EDM oleh karakter AI imut bernama Beboli. Aransemen barunya memberikan nuansa enerjik yang membuat lagu ini punya dimensi baru, tanpa kehilangan rasa emosionalnya. Album ini jadi bukti bahwa musik bisa terus berevolusi lewat kreativitas lintas generasi.

Tak hanya Tenxi dan Nay, penyanyi muda Rizwan Fadilah alias Njan juga turut menyumbang dua lagu dalam album ini. 

"Lagu pertama Tak Lagi Sama, lagu kedua Tanpa Bicara. Lagu pertama itu lagu kakak saya yang bikin, versi saya sendiri. Lagu kedua itu bikin bareng-bareng, prosesnya sekitar sebulan, dua bulan, tiga bulan mungkin," ucap Njan. 

Suara mellow-nya menambah kesan hangat pada keseluruhan album. Deretan penyanyi perempuan seperti Dewanda Pratama pun memberi kontribusi lewat lagu Datang Untuk Bertamu dan Ingin Jadi Cintamu. Sebagai finalis Indonesian Idol, performa Dewanda dalam menyampaikan lirik penuh perasaan jadi salah satu highlight album ini. Sementara itu, penggemar musik folk bisa menikmati karya dari Batas Senja yang membawakan dua lagu reflektif penuh makna.